Imam M.Nizar
Oleh: Imam M.Nizar
Dari Pencarian jati diri. Sosok almarhum W.S. Rendra menjadi salah satu lentera – penyemangat untuk tetap tegar di tengah ketidakpastian hidup dan kehidupan.
Sajak-sajaknya menjadi salah satu inspirasi untuk menggapai pelangi, bukan sekedar mimpi belaka bagi seorang Imam M.Nizar – kini kerap disapa Akizar.
Hanya berbekal diploma S3. SD, SMP, dan SMA plus karya tulis, cerita fiktif: cerpen, sajak, puisi, esai, dan artikel lainnya yang pernah dimuat di koran koran “kuning” serta di majalah-majalah cukup “mewah” dikenalnya. Akhirnya, kepastian hidup itu datang.
Setelah sekian lama berkutat jadi pemulung dan pedagang sayur dan tahu di pasar Enjo, Pisangan. Kenikmatan hidup itu berpihak padanya.
Aku bergabung di Grup Kompas Gramedia, sebagai wartawan hiburan Citra Musik sebelum Akhirnya dihijrahkan ke Tabloid Nova – awalnya dikenal dengan sebutan santri – lantaran penampilannya yang selalu rapi, bercelana panjang dari “bahan” dan tak kenal bawahan jeans, kodorai dan sejenisnya saat itu, banyak digandrungi anak seusia remaja. Nizar jalan berkacamata kuda.
Kini, di gerbang senja temaram, ada kerinduan yang keras akan kehidupan menjelang remaja – saat kita masih berteman putih biru biru. Ingin bertemu – memutar waktu bersama.
Saat kita ngaji dan menjadi remaja masjid di tempat yang sama.
Saat kita sama-sama, naksir wanita yang sama.
Saat kita saling cemburu yang tidak jelas.
Saat kita main kelereng di bawah pohon bacang, tak jauh dari pohon nangka doyong.
Saat kita bergitaran di mulut mulut gang. Bersenandung hingga nyaris pagi.
Saat kalian berlatih untuk sebuah pertunjukan Teater Trotoar di bawah pohon buni – sesekali aku nonton dari seberang jalan. Dan, sesekali pula, aku termenung di sudut pojok – kini berubah jadi warteg.
Sekarang kita tua bersama.Telah menemukan jalan takdir hidup tak bersama sama. Rasanya ada kesamaan, ada jeda panjang. Bahkan terlalu panjang bagi kita tak jumpa bersama.
Rindu ini telah menggumpal. Semoga kita masih diberikan kesempatan bersilaturahmi fisik, bukan lagi sekadar sapa hello di gadget – sebelum akhirnya kita benar dipisahkan oleh ruang dan waktu. Mati!
