Imam M.Nizar
Oleh: Imam M.Nizar
KABARHIBURAN.id – Entah angin apa yang membawamu datang dan mampu mencintai diriku, Dik?
Aku hanya lelaki kerempeng – lahir dari rahim seorang ibu yang amat teramat sederhana.
Kehidupanku begitu marjinal – jika tak disebut kaum pinggiran.
Kasta yang berbeda, baik dari sosiologi, financial, budaya dan lainnya antara keluargamu dan aku, di kampung kita, “Bonanza”.
Kedua orang tuamu pegawai negeri. Sebuah kehormatan dan kasta tersendiri di era Presiden Soeharto.
Entah apa yang membuatmu seolah tetap ngotot, untuk aku tertarik dan mencintaimu, Dik?
Lewat gerai rambutmu yang panjang sepinggang, kadang tampil berkepang dua, dikau berusaha memikat hatiku.
Sepertinya, kau tak menyadari. Dirimu memiliki potensial yang lebih besar, untuk bisa jadi “orang besar”, ketimbang aku.
Wajahmu, bulat telur.
Betis, padi hamil.
Kulit putih bersih – setara bagusnya dengan kuning langsat.
Alis, semut beriring.
Hidung, mancung.
Pipi, lesung. Jika tertawa menambah keindahan – banyak kaum Adam yang “jatuh nyusruk”, mabuk kepayang.
Dikau sosok perempuan yang sempurna. Idaman banyak lelaki.
Good looking.
Tak sedikit teman dan sahabatku yang menaruh hati padamu. Dik
Kenapa dirimu tetap memilih, lelaki kerempeng, kumuh seolah kurang gizi? Memang sih, kurang asupan makanan yang berbobot xix xix xix xix xix
Saat itu, aku benar benar “telanjang” tak punya apa pun, kecuali mimpi – itu pun bukan buat kamu.
Banyak orang nyinyir dan bernada minor, awal kedekatan kita bersama – jika tak dibilang cemburu.
Bak pungguk merindukan bulan. Atau karang di dasar lautan, tak mungkin jadi bintang gemerlap di atas langit.
Jangan mimpi, anak pedagang sayur dan penjual tahu China – sempat juga berprofesi pemulung, dapat merajut tali kasih, benang cinta pada sosok wanita banyak diidolakan dan jadi rebutan itu.
Takdir bicara lain. Kita sempat jalan bareng – jika tak dibilang pacaran. Si kerempeng, si kumuh inilah pemenangnya.
Lagu Lagu Ebiet G Ade volume pertama dan kedua menjadi salah satu yang ambil bagian jadi atmosfer sepanjang jalan kenangan kita di Petak Panjang, Jakarta Timur, bukan di Timur Jakarta.
bersambung……
