Imam M.Nizar
Oleh: Imam M.Nizar
Ketika ku duduk, dibalik jendela
Di sore hari yang telah redup
Menyaksikan gerimis yang datang
Di antara senja temaram…….
Sepenggal syair dan lagu yang saya ciptakan ini: Hujan dan Rindu – dibawakan penyanyi Helda Sanira tahun1997 – kadang membuat aku hanyut dalam lara. Mengenang semua jejak manuskrip kehidupan….
Singkat cerita, kita mengisi hari hari penuh warna.
Pelangi di atas rambutmu, begitu indah ku pandang.
Menunggu datangnya malam minggu – sepertinya waktu terhenti. Lama penantianku tuk bertemu pujaan hati. Gadis berkepang dua.
Kau masih ingat kan, Dik?
Sepanjang jalan kenangan itu – kita selalu bergandeng tangan tuk menuju pedagang bakso dan es teler – yang tak begitu jauh dari gudang, gudang dan gudang. Pasar yang terkenal seantero pulau Jawa. Induknya pasar beras.
Sesekali, kita mengudap sayuran segar bersama – dari nama bunga yang identik dengan pusara dan mayat. Asinan Kamboja.
Ya, itulah kemampuan kantongku untuk memanjakan kesenangan kita bersama – dari sebagian laba, penjualan tahu China dalam sepekan.
Bersama kamu, aku tak pernah ngegombal. Sebab, apa yang harus aku gombalin?Aku tak punya apa pun…..
Bersamamu, aku tak bisa beretorika. Sebab, aku yakin, bukan calon politikus.
Bersamamu, hidupku, cintaku mengalir saja. Seperti air sungai mengalir deras, jernih sebelum terkontaminasi.
Sejernih dan polosnya cinta kita.
Terbesit keinginan ku kelak bisa hidup bersamamu. Tak banyak yang ku umbar “mimpi-mimpi” padamu.
Sebab kamu pun masih tahun pertama berseragam putih abu-abu. Itu awal kita “dekat”.
Sebuah perjalanan untuk fase berikutnya, kukira masih terlalu panjang dan jauh.
Aku hanya berusaha merangsang – berjuang kemampuanku untuk bisa jadi pegangan hidup, kelak bersamamu. Jadi “orang beneran!”
Aku tak ingin mengarungi kehidupan hanya jadi pedagang tahu kelas bawah di pasar kumuh itu.
Yang aku inginkan, menjadi cerpenis dan variannya, produktif – begitu sederhananya cita-citaku itu bukan?
Berjualan, untuk bisa dapat uang mandiri, karena memang aku tak bisa bergantung pada orang tua dan siapa pun.
Berjualan, untuk dapat mengikuti les private hobi dan kebutuhan penunjang.
Langkahku pasti dan tertata untuk belajar menaiki anak tangga kehidupan sebisaku, semampuku.
Kehadiranmu, Dik , bak generator Caterpillar, penyemangat hidup. Apa pun aku kerjakan, terpenting tak menyimpang akidah.
Kita saling menyelami karakter dan kebiasaan – seraya mengajak kedua orang kita mengerti soal hubungan ini.
Bersambung……
