(Foto ilustrasi - istimewa)
Oleh: Imam M.Nizar, S.Pd
Ada kabar gembira dan penyemangat baru — meski bukan baru sekali, jika kita baru membacanya, maka cara kita menyikapinya pun bisa berbeda. Setidaknya, ada rasa yang tumbuh, semangat yang kembali menyala, sejauh hati lapang legowo untuk menerimanya.
“Kalau pengetahuan Anda mau ditambah oleh Allah, mudah dalam belajar, kuat dalam ingatan. Tingkatkan taqwamu kepada Allah, maka Allah akan ajarkan Anda pengetahuan (ilmu),” begitu pesan ustaz Adi Hidayat, dalam saluran resminya, Sabtu (24/10/2025).
Sekilas, narasi itu terdengar sederhana. Namun, bagi siapa yang berhati jernih, di balik kata-kata itu tersimpan rahasia besar tentang keberkahan ilmu. Bahwa kecerdasan sejati bukan hasil dari banyaknya buku digital dan konvensional yang dibaca, melainkan dari seberapa bersih hati yang membacanya.
Berapa banyak pelajar dan mahasiswa yang merasa lelah mengejar nilai, tapi lupa menjaga niat? Mereka hafal teori, namun lalai dari zikir. Sibuk menambah wawasan, tapi abai menajamkan keikhlasan. Padahal Allah berfirman di surah Al Baqarah ayat 282. Diujung ayat tersebut, Allah menegaskan:
“Dan bertakwalah kepada Allah, niscaya Allah akan mengajarkan kamu.”
(QS. Al-Baqarah: 282)
Ayat ini meneguhkan bahwa sumber segala ilmu bukan hanya dari bangku kuliah, tetapi dari ketundukan hati. Takwa adalah kunci pembuka kecerdasan ruhani. Ia membuat akal terang, hati lapang, dan pikiran ringan menerima pengetahuan.
Di zaman yang serba cepat ini, banyak di antara kita yang ingin pintar seketika, tapi tak sabar menempuh jalan panjang ilmu. Kita ingin hasil, tanpa proses. Ingin dikenal pandai, tapi lupa pada adab sebelum ilmu. Maka tak heran, pengetahuan yang didapat hanya berhenti di kepala — tidak sampai ke dada.
Rasulullah SAW pernah bersabda:
“Barang siapa menempuh jalan untuk mencari ilmu, maka Allah akan memudahkan baginya jalan menuju surga.”
(HR. Muslim)
Hadis itu bukan sekadar janji surga di akhirat, tapi juga isyarat bahwa siapa yang menapaki jalan ilmu dengan hati yang benar, akan dimudahkan urusannya di dunia. Ilmu yang diraih bukan sekadar untuk mencari pekerjaan, tetapi untuk menemukan peran dan makna kehidupan.
Maka, wahai para penuntut ilmu, pelajar, mahasiswa, atau siapa pun yang sedang bersusah payah, berkutat dalam perjalanan menuntut ilmu — jangan hanya kejar gelar, tapi kejarlah keberkahan. Jangan hanya hafal rumus, tapi resapkan hikmah. Karena yang Allah pandang bukan seberapa banyak yang kamu tahu, tapi seberapa besar taqwamu saat mencari tahu.
Barangkali itulah maksud dari nasihat lembut ustaz Adi Hidayat tadi. Bahwa setiap kesulitan dalam belajar bisa menjadi ladang pahala, jika disertai niat karena Allah. Dan setiap ilmu yang kita pahami, akan menjadi cahaya, jika hati yang menampungnya bersih dari kesombongan, ujub.
Ilmu bukan sekadar alat untuk hidup, tapi jalan untuk mengenal Sang Pemberi Hidup.
Dan, pada akhirnya, perjalanan mencari ilmu bukan sekadar tentang siapa yang paling cepat mencapai garis akhir, “wisuda” misalnya. Akan tetapi siapa yang paling sabar menapaki langkah demi langkahnya dengan hati yang bersih.
Sebab, sejatinya, ilmu tidak sekadar menambah pengetahuan, tapi menumbuhkan kerendahan hati. Ia menjadikan seseorang sadar bahwa semakin banyak ia tahu, semakin luas pula lautan yang belum ia jelajahi.
Malam-malam panjang di bawah cahaya lampu belajar, tumpukan buku yang menemani, dan lelah yang kerap datang — semua itu bukan beban, tapi saksi cinta seorang hamba kepada Tuhannya. Karena setiap helai kertas yang dibaca dengan niat lillah, akan menjadi saksi di hadapan Allah kelak.
Jika engkau lelah belajar, ingatlah, mungkin bukan otakmu yang penat. Akan tetapi hatimu yang haus akan dzikir. Jika ilmu terasa sulit dipahami, mungkin bukan karena otaknya kurang cerdas, tapi karena hati belum bersih dari sombong dan riya.
Maka sebelum membuka buku, bukalah hati. Sebelum membaca teori, bacalah basmalah. Sebelum menulis catatan, tulislah niatmu karena Allah.
Sebab hanya dengan taqwa, ilmu akan bercahaya. Hanya dengan adab, ilmu akan berbuah hikmah. Dan hanya dengan hati yang tunduk, ilmu akan menuntun menuju ridho-Nya.
“Ya Allah, ajarilah kami ilmu yang bermanfaat, dan berilah kami manfaat dari ilmu yang Engkau ajarkan.”
(Doa Rasulullah SAW, HR. Tirmidzi). (KH***)
