Teh Ninih Muthmainnah foto bersama jemaah di acara Kajian Spesial bertajuk “Al Qur’an dan Sunnah Membangun Generasi Rabbani’ di Masjid Al-Irsyad Kota Baru Parahyangan, Bandung Barat, Jawa Barat, Kamis (16/10/2025). (Foto - Febri Ernie)
Oleh: Anne.Y. Wachyuni, S.Pd
Langit pagi itu, “terik menyengat” di Kota Baru Parahyangan tampak tenang ketika jamaah memenuhi Masjid Al-Irsyad. Banyak dari jemaah, yang baru usai mengerjakan sholat dhuha, lantas berkemas benahi sajadah dan pakain sholat bersiap tuk menimba ilmu penuh antusias.
Di atas mimbar, Teh Ninih Muthmainnah — sosok lembut yang dikenal luas dengan keteguhan ilmunya — menyampaikan pesan yang menembus batin. “Bangunlah generasi Rabbani bersama Al-Qur’an dan Sunnah, ” ujarnya, Kamis (16/10/2025).
Cahaya Setelah Gelapnya Jahiliyah
“Zaman Rasulullah bukanlah zaman jahiliyah,” tutur Teh Ninih mengawali dengan lembut. “Beliau justru datang setelah masa jahiliyah — masa kebodohan spiritual dan moral, ketika manusia menyembah berhala, menindas perempuan, dan mengagungkan suku.”
Rasulullah SAW datang membawa cahaya wahyu, menggantikan kegelapan nilai dengan keadilan, kasih sayang, dan ilmu.
“Dialah yang mengutus Rasul-Nya dengan petunjuk dan agama yang benar, untuk dimenangkan-Nya atas segala agama.” (QS. At-Taubah [9]: 33)
Namun, Teh Ninih mengingatkan, meski zaman kini dipenuhi masjid dan kajian, bukan berarti peradaban kita telah sempurna.
“Sudahkah kita memulai hari dengan Al-Qur’an? Sudahkah kita membaca Kalamullah sebelum membuka layar gawai kita?”
Pertanyaan itu menggema di hati jamaah, menghadirkan renungan yang dalam.
Al-Qur’an Pondasi Peradaban
Teh Ninih menegaskan, peradaban Islam bangkit berkat Al-Qur’an. Selama 22 tahun, 2 bulan, dan 22 hari, wahyu turun membentuk akhlak, ilmu, dan tatanan masyarakat yang berkeadaban.
Allah berfirman dalam QS. Ibrahim [14]: 24:
“Tidakkah engkau memperhatikan bagaimana Allah membuat perumpamaan kalimat yang baik seperti pohon yang baik, akarnya kuat dan cabangnya menjulang ke langit.”
Perumpamaan itu, kata Teh Ninih, menggambarkan iman seorang mukmin.
Akarnya adalah keyakinan yang tertanam dalam hati, cabangnya adalah amal saleh yang menjulang ke langit, dan buahnya adalah kebaikan yang terus mengalir.
Sebagaimana sabda Rasulullah SAW.
“Sesungguhnya di antara jenis pohon ada pohon yang tidak gugur daunnya, dan pohon itu seperti seorang mukmin.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Dari perumpamaan ini, Teh Ninih mengajak jamaah menanam benih keimanan dengan kesungguhan, sebab pohon yang kokoh tidak tumbuh dalam semalam.
Dari Umar bin Khattab hingga Muhammad Al-Fatih
Teh Ninih menuturkan kisah gadis penjual susu di masa Khalifah Umar bin Khattab. Ketika diuji kejujurannya, ia menolak mencampur susu dengan air.
Dari garis keturunan gadis jujur itu, kelak lahir Umar bin Abdul Aziz, khalifah agung yang memimpin dengan adil, sederhana, dan menebarkan kesejahteraan.
“Keimanan dan kejujuran yang diwariskan akan melahirkan pemimpin yang berakhlak mulia,” ujar Teh Ninih.
Beliau juga mengangkat kisah Sultan Muhammad Al-Fatih, penakluk Konstantinopel di usia 21 tahun. Sejak kecil ia dibina dengan keteguhan iman dan kedisiplinan ibadah.
Saat menentukan imam salat Jumat pertama setelah penaklukan, ia berkata, “Siapa yang pernah meninggalkan salat wajib sejak balig, silakan duduk.” Dan ternyata, hanya dirinya yang berdiri.
“Itulah rahasia kemenangan,” kata Teh Ninih. “Ketaatan sebelum kehebatan.”
Lima Pilar Generasi Rabbani
Dalam tausiahnya, Teh Ninih merangkum lima ciri generasi Rabbani yang harus dibangun sejak dini — dikenal dengan 5B:
* Berakidah Kokoh – Iman yang kuat, seperti akar yang menancap dalam.
* Beribadah yang Benar – Ilmu yang menuntun amal, bukan sekadar kebiasaan.
* Berakhlak Mulia – Meneladani Rasulullah ﷺ dan sahabat-sahabatnya.
* Berwawasan Luas – Seperti Zaid bin Tsabit, yang menguasai berbagai bahasa dan menjadi juru tulis wahyu.
* Berjiwa Mandiri – Seperti Abdurrahman bin Auf, yang memulai usaha dari nol, hingga menjadi dermawan besar.
Keteladanan itu, juga hidup dalam diri Teh Ninih sendiri — tumbuh di lingkungan pesantren Cijulang, Ciamis, ia pernah berdagang di masa kecil, lalu menempuh pendidikan tinggi di bidang Matematika di IKIP Bandung (kini UPI). Cerminan nyata dari kecerdasan, ketekunan, dan kemandirian seorang muslimah.
Langkah Menumbuhkan Generasi Rabbani: 3M
Untuk melahirkan generasi Rabbani, Teh Ninih menegaskan pentingnya 3M:
* Membaca Al-Qur’an dengan benar – belajar pada guru yang bersanad.
* Memahami maknanya – dengan belajar bahasa Arab agar mampu menafsirkan pesan ilahi.
* Mengamalkan ajarannya – menjadikan Al-Qur’an kompas dalam setiap langkah.
Dan untuk menyempurnakan akhlak, beliau mengajak jamaah meneladani Sunnah Rasulullah SAW dalam keseharian:
“Masuk kamar mandi dengan kaki kiri, makan dengan tangan kanan, menggosok gigi sebelum tidur — itu bukan hal kecil. Itulah kebiasaan yang menghidupkan sunnah.”
Teh Ninih menutup tausiyahnya dengan amalan sederhana namun berdampak besar:
* Membaca Ayat Kursi setelah sholat fardhu.
* Menyempurnakan wudhu dan membaca doa setelahnya.
* Menjaga salat Qobliyah Subuh.
* Membaca Sayyidul Istighfar di pagi dan sore hari.
“Amalan sederhana, tapi surga hadiahnya,” ucapnya dengan senyum teduh.
Cahaya yang Menyala di Masjid Al-Irsyad
Kajian pagi itu ditutup dengan sesi tanya jawab yang hangat dan sesi foto bersama. Teh Ninih berkenan melayani satu per satu jamaah yang ingin bersalaman. Ratusan wajah tampak berbinar — bukan hanya karena kebersamaan, tapi karena ada cahaya yang tumbuh di dada mereka.
Cahaya dari Al-Qur’an. Cahaya dari ilmu. Cahaya dari niat untuk menjadi bagian dari generasi Rabbani.
Sebagaimana janji Allah dalam QS. Al-Fath [48]: 29:
“Demikianlah sifat mereka dalam Taurat dan Injil, seperti tanaman yang mengeluarkan tunasnya, lalu menjadikannya kuat hingga tegak lurus di atas pokoknya; tanaman itu menyenangkan hati penanam-penanamnya.”
Dari masjid itu, dari hati-hati yang tercerahkan, semoga tumbuh tunas-tunas baru — anak-anak, pemuda, dan keluarga — yang menegakkan hidupnya dengan Al-Qur’an dan Sunnah.
Karena hanya dengan itu, peradaban Islam akan kembali bersinar di tengah dunia yang haus akan cahaya. (KH/***)
