(Foto ilustrasi - Istimewa)
Oleh: Imam M.Nizar
Pagi itu, Kamis (4/9/2025), di layar WhatsApp yang setia menjadi medium dakwahnya, ustaz Adi Hidayat, kembali melontarkan pesan yang sederhana namun menggugah.
“Jangan mengeluh, karena tidak ada satu ayat pun di dalam Al-Qur’an yang memerintahkan kita untuk mengeluh,” ujarnya tegas.
Kalimat itu seakan menampar kesadaran kita. Betapa sering manusia menumpahkan isi hati dalam bentuk keluhan – tentang rezeki yang tak kunjung lapang, tentang ujian yang terasa berat, tentang hidup yang kadang tak sesuai rencana.
Namun, ustaz Adi Hidayat melanjutkan dengan nada penuh keyakinan, “Kalau ada satu ayat saja yang membolehkan kita mengeluh, insya Allah, saya orang pertama yang akan mempraktikkannya,” paparnya gamblang.
Pesan itu bukan sekadar ungkapan. Ia berdiri di atas fondasi Al-Qur’an dan sunnah. Allah berfirman:
“(Yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka berkata, ‘Innā lillāhi wa innā ilaihi rāji‘ūn.’ Mereka itulah yang mendapat keberkahan yang sempurna dan rahmat dari Rabb mereka, dan mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk.”
(QS. Al-Baqarah: 156–157)
Ayat ini mengajarkan bukan keluhan, melainkan kepasrahan dan pengembalian segala urusan kepada Allah. Keluh kesah hanyalah menambah sempitnya dada, sementara ridho membuka jalan keluasan hati.
Dalam tasawuf, sikap tanpa keluhan ini dikenal dengan maqām ridho — sebuah derajat spiritual ketika seorang hamba menerima dengan lapang dada segala takdir Allah.
Imam al-Qusyairi dalam Risalah Qusyairiyyah menyebut ridho sebagai “tenangnya hati dalam menghadapi qadha Allah tanpa merasa terganggu.”
Nabi Muhammad SAW sendiri menjadi teladan dalam hal ini. Dalam sebuah hadits beliau bersabda:
“Sungguh menakjubkan perkara seorang mukmin. Sesungguhnya semua perkaranya adalah baik baginya. Jika ia mendapat kesenangan, ia bersyukur—itu baik baginya. Jika ia ditimpa kesusahan, ia bersabar—itu pun baik baginya.”
(HR. Muslim)
Jelas, tidak ada ruang bagi keluh kesah dalam hidup seorang mukmin. Yang ada hanyalah sabar, syukur, dan ridho.
Dari sudut pandang sufistik, keluhan hanyalah bentuk kealpaan kita terhadap cinta Ilahi. Sebab, bila hati sudah penuh dengan kesadaran akan kehadiran Allah, maka setiap ujian akan dipandang sebagai tanda kasih-Nya. Seorang sufi pernah berkata, “Jangan katakan: ‘Ya Allah, aku punya masalah besar,’ tetapi katakan: ‘Wahai masalah, aku punya Allah yang Maha Besar.’”
Maka, pesan yang dibawa Ustaz Adi Hidayat hari ini bukan sekadar seruan untuk berhenti mengeluh, melainkan ajakan menuju kedewasaan ruhani: Menerima, merengkuh, dan menemukan ketenangan dalam ridho. Sebab, di balik setiap takdir, Allah telah menyiapkan rahmat yang kadang tak terlihat oleh mata yang sibuk menghitung keluh kesah. (KH***)
