Komunitas Sister Fillah menghadirkan penceramah Garlicha Maulidya --- seorang terapis yang fokus pada psikologi dan terapi mendalam (Depth therapy) di Masjid Al - Ukhuwah Bandung, Minggu (22/6/2025) lalu.
Oleh: Anne.Y. Wachyuni
KABARHIBURAN.id – “Rasa kecewa, sakit, dan sesak yang dipendam adalah hal manusiawi. Namun, semua itu adalah bagian dari proses menuju penerimaan dan keikhlasan,” setidaknya begitu yang diungkap oleh Garlicha Maulidya — seorang terapis yang fokus pada psikologi dan terapi mendalam (Depth therapy) di Masjid Al – Ukhuwah Bandung, Minggu (22/6/2025) lalu.
Untuk bisa ikhlas, lanjut Garlicha Maulidya — yang secara eksplisit tak mengatakan dirinya sebagai penceramah, “Kita perlu memahami takdir, dan belajar menerima bahwa tidak semua berjalan sesuai harapan. Sayangnya, lingkungan sering kali memaksa kita untuk segera ikhlas, membuat kita menahan emosi dan tidak berani menangis,” ungkapnya disaksikan oleh membludaknya pengunjung di masjid tersebut.
Acara hari itu diselenggarakan oleh Komunitas Sister Fillah.
Lebih jauh Garlicha Maulidya menjelaskan panjang lebar, soal proses pemulihan penyakit energi negatif sebaiknya bersandar kepada Allah SWT.

Siklus hidup manusia sering kali berulang runtuh, sembuh, tumbuh. Kita perlu melalui fase runtuh untuk bisa pulih, dan pulih untuk bisa tumbuh. Tanpa kesedihan, kita mungkin lupa untuk bersyukur. Dan dalam kebingungan, sering kita lupa bahwa ada Allah yang siap mendengar.
Curhat ke orang memang wajar, tapi hati-hati – tidak semua solusi cocok, bahkan bisa menjauhkan dari kehendak Allah. Terkadang manusia baru kembali pada Allah saat benar-benar mentok. Padahal solusi dari Allah itu selalu ada, hanya saja kita sering terlalu sibuk mengatur-Nya.
Kita pun terbiasa hidup dengan standar dan ekspektasi orang lain, berusaha menjadi sempurna. Hati pun jadi berisik, padahal Allah tahu segalanya. Maka bersyukurlah, belajar mencukupkan diri, dan buatlah boundaries (batasan sehat) dalam pergaulan. Jangan ragu menjauh dari orang-orang yang membuat kita rusak secara batin.
Menyembuhkan luka tidak bisa terburu-buru, setiap orang punya waktunya sendiri. Allah selalu bersama hamba-Nya yang bersabar. Maka pulihkan diri dulu, terutama bagi yang belum menikah – agar pernikahan tidak jadi tempat melampiaskan trauma masa lalu.

Pulih sejati bukan sekadar sembuh secara fisik, tapi ketika hati sudah diisi oleh Allah. Tanda-tandanya, tidak terjebak masa lalu, memaafkan dengan tulus, tidak mudah tersinggung, memiliki harga diri dan hubungan yang sehat dan berani menghadapi dan punya batasan yang sehat.
Sejatinya, lanjut Garlicha, proses penyembuhan dimulai dari mengakui dan menerima rasa, lalu memaafkan, ikhlas, ridha, dan memahami bahwa semua adalah bagian dari takdir Allah. Kuncinya, yakin pada Allah. Jujur terhadap perasaan sendiri
Pulihlah bersama Allah. Sibukkan dirimu dengan ketaatan. Allah tahu isi hatimu.
Doa terbaik: “Yaa Jabbar, wajburni. Ya Allah, pulihkan aku, sembuhkan aku, gembirakan aku.”
Di Sesi terakhir “ceramahnya” itu, Garlicha Maulidya melakukan kemampuan ilmunya, Depth therapy —- yang membuat semua jemaah yang hadir di masjid tersebut, tak mampu menahan tangisannya.
Hal ini, kata Garlicha, berfungsi untuk membuang energi negatif dari dalam diri. (KH/***)
