Sunrise yang menawan berlatar stupa Candi Borobudur.
Oleh: Anne.Y.Wachyuni
KABARHIBURAN.id – Di balik gulungan kabut pagi dan siluet megah Candi Borobudur yang perlahan menyembul dari balik cakrawala —- ada sebuah tempat yang menyimpan kedamaian dan keindahan luar biasa, Punthuk Setumbuk.
Terletak di gugusan Pegunungan Menoreh, Magelang, Jawa Tengah —- bukit ini seakan menjadi keajaiban panggung alam bagi pertunjukan fajar yang tak pernah gagal, selalu memukau mata siapa pun yang datang melihatnya.
Punthuk Setumbuk bukan sekadar tempat untuk menatap sunrise. Ia adalah pelukan sunyi yang menenangkan, tempat di mana embusan angin pagi terasa seperti bisikan semesta, dan semburat jingga di langit menyapa dengan lembut.
Di pelataran puncaknya yang luas, berdiri rumah panggung, gazebo, dan bangku-bangku kayu yang tampak sederhana namun menyatu dengan alam. Di sinilah wisatawan duduk bersabar, menanti pertunjukan paling indah lukisan alam dari mentari — yang masih patuh pada Sang Pencipta, terbit dan tenggelam di tempatnya.
Jejak Alam yang Kini Ramai Dikunjungi
Nama “Punthuk Setumbuk” berasal dari bahasa Jawa; “Punthuk” berarti gundukan tanah atau bukit, dan “Setumbuk” mengacu pada wadah anyaman bambu untuk menampung nasi.

Bukit ini dahulu, hanyalah ladang biasa milik warga. Tidak ada yang istimewa, kecuali ketenangan dan sejuknya udara pegunungan. Hingga suatu ketika, ada seorang fotografer mengabadikan kemunculan matahari yang menyinari Candi Borobudur dari sudut ini — sebuah momen yang kemudian jadi viral dan membuka mata banyak orang hingga kini.
Sejak saat itu, Punthuk Setumbuk menjadi magnet bagi para pecinta sunrise, fotografer, penikmat alam, hingga pasangan muda yang ingin menyatu dalam romantisme pagi hari.
Popularitasnya kian “melangit” setelah digunakan sebagai salah satu lokasi syuting film Ada Apa Dengan Cinta 2 (AADC2), tepat saat Rangga dan Cinta menikmati pagi bersama — seolah mengabadikan cinta mereka menyatu dalam satu bingkai keindahan.
Trekking, Camping, dan Ketenangan
Untuk mencapai puncaknya, pengunjung harus menempuh jalur trekking sekitar 15-20 menit. Meski jalurnya cukup menanjak dan jalan dapat licin saat musim hujan, pengalaman ini justru menjadi bagian dari pesona Punthuk Setumbuk.

Namun jangan khawatir, bagi mereka yang tak kuat berjalan jauh, tersedia gazebo tak jauh dari tempat parkir yang tetap menawarkan pemandangan Borobudur dari kejauhan.
Punthuk Setumbuk bukanlah destinasi yang menawarkan wahana menantang adrenalin. Tapi justru di sanalah letak kekuatannya—pada kesederhanaan, pada keindahan yang tidak dibuat-buat.
Bagi yang ingin merasakan kedamaian lebih lama, area camping di dekat spot sunrise bisa menjadi pilihan. Menikmati malam di bawah bintang, ditemani secangkir kopi panas dan gemerisik hutan, adalah pengalaman yang tak bisa dibeli.
Beragam spot foto juga disediakan bagi pengunjung yang ingin mengabadikan momen. Mulai dari gardu pandang, ayunan langit, hingga instalasi kayu yang estetik. Semua dirancang agar harmonis dengan alam, bukan menyainginya.
Lebih dari Sekadar Tempat Wisata
Bagi sebagian orang, Punthuk Setumbuk adalah tempat untuk melarikan diri sejenak dari hiruk-pikuk kepenatan rutinitas. Tempat untuk merenung, menenangkan hati, dan meresapi keajaiban ciptaan Tuhan.
Sapuan kabut yang perlahan terangkat dari tubuh Candi Borobudur, langit yang bergradasi warna, dan keheningan pagi yang nyaris tak terputus—semuanya menjadi harmoni yang membuat siapa pun jatuh cinta.
Punthuk Setumbuk bukan hanya destinasi. Ini pengalaman. Ia adalah narasi alam yang berbicara melalui warna, angin, dan cahaya.
Dan ketika matahari akhirnya menyapa penuh, siapa pun yang menyaksikan akan merasa—meski hanya sesaat — bahwa mereka tengah berada di nirwana kecil di atas Borobudur. (KH/***)
